Surabaya, tagarjatim.id – Hingga kini, masih terdapat 11 kantong jenazah korban ambruknya mushola di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, yang masih belum dapat teridentifikasi oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur.

Selain akibat kondisi DNA korban yang terus menurun seiring waktu. Menurut Kabid DVI Polri, Kombes Wahyu Hidajati, tim DVI juga harus mencocoknya DNA setiap bagian tubuh korban. Hal ini merupakan kendala yang harus dihadapi oleh tim DVI Polda Jawa Timur.

“Kalau dibandingkan dengan sampel pada tahap awal, kondisinya dulu masih bagus. Sekarang yang tersisa adalah sampel yang kualitasnya menurun, karena diambil ketika jenazah sudah tidak banyak mengandung DNA. Apalagi dari 11 kantong jenazah itu, beberapa di antaranya merupakan bagian tubuh korban,” kata Wahyu, Minggu, 12/10/2025.

Menurut Wahyu kondisi tersebut membuat proses identifikasi memakan waktu lebih lama dari biasanya. Ia memperkirakan proses pencocokan DNA dan data antemortem bisa berlangsung hingga satu bulan penuh.

Apalagi dari kantong jenazah yang tersisa, beberapa di antaranya merupakan bagian tubuh korban, yang mana tidak ada tanda-tanda khusus pada bagian tubuh korban, yang seharusnya dapat mempercepat proses identifikasi identitas korban.

“Karena tidak ada tanda-tanda di bagian tubuh korban, kita kini hanya mengandalkan hasil tes DNA, yang saat ini masih diteliti di Jakarta,” imbuh Wahyu.

Meski dihadapkan pada tantangan berat, tim DVI Polda Jatim tetap berupaya maksimal agar setiap korban dapat diidentifikasi secara akurat dan manusiawi. Ia pun berharap keluarga korban bisa memahami kondisi tersebut dan tetap bersabar menunggu hasil akhir dari pemeriksaan.

“Kami bekerja seoptimal mungkin. Mohon doa dan kesabaran dari keluarga agar proses ini berjalan lancar dan semua korban bisa teridentifikasi,” ujar Wahyu.(*)

iklan ucapan selamat Hari Pahlawan 10 November