Kota Batu, Tagarjatim.id – Kota Batu akan genap berusia 24 tahun pada 17 Oktober mendatang. Momen ini menjadi ajang refleksi bersama antara para pendiri kota dan jajaran pemerintah untuk meneguhkan kembali arah pembangunan yang berpijak pada nilai-nilai lokal, budaya, dan karakter masyarakat Batu.
Dalam sarasehan bertajuk “Refleksi Menuju Seperempat Abad Kota Batu Sebagai Daerah Otonom” yang digelar oleh Kelompok Kerja (Pokja) Peningkatan Status Kota Batu di Graha Pancasila, Balai Kota Among Tani, Selasa (14/10/2025). Hadir tokoh-tokoh lintas generasi, akademisi, dan unsur Forkopimda. Hadir pula Wali Kota Batu Nurochman dan Wakil Wali Kota Batu Heli Suyanto.

Ketua Pokja, Andrek Prana, mengajak seluruh pihak untuk mengingat kembali semangat awal perjuangan pembentukan Kota Batu pada akhir 1990-an. Menurutnya, konsep “Batu Kota Bernuansa Desa” yang dulu menjadi dasar perjuangan masih sangat relevan untuk diterapkan dalam pembangunan masa kini.
“Kita ingin Batu tetap tumbuh dan modern tanpa meninggalkan jati diri. Konsep ‘Batu Kota Bernuansa Desa’ adalah fondasi yang mengajarkan keseimbangan antara kemajuan dan pelestarian,” ujarnya.
Andrek juga menegaskan bahwa refleksi ini bukan bentuk kritik, melainkan wujud kepedulian terhadap masa depan Kota Batu. Ia berharap setiap kebijakan pembangunan tetap berlandaskan keberlanjutan, keadilan, dan keberpihakan kepada masyarakat.
“Pokja akan selalu berperan aktif memberikan masukan konstruktif agar arah pembangunan tetap sejalan dengan semangat awal otonomi,” tambahnya.
Ketua Panitia, Drs. Sumiantoro, turut mengingatkan pentingnya menjaga semangat kebersamaan yang dulu melandasi perjuangan peningkatan status Kota Batu.
“Dulu kami berjuang karena cinta pada daerah ini. Kini semangat itu harus diteruskan dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan akademisi untuk membangun Batu yang maju dan tetap berkarakter,” katanya.
Menanggapi hal itu, Wali Kota Batu Nurochman menyampaikan apresiasi dan rasa hormat kepada para pendiri Kota Batu. Ia menilai refleksi yang dilakukan Pokja menjadi bagian penting dari perjalanan pembangunan daerah.
“Kami berterima kasih atas semangat para pendahulu. Pemerintah Kota Batu akan terus menjaga nilai-nilai dasar yang melahirkan kota ini. Pembangunan tidak hanya tentang infrastruktur, tapi juga menjaga budaya, karakter, dan lingkungan,” tegasnya.
Cak Nur juga menekankan pentingnya menjaga kelestarian alam, terutama ruang terbuka hijau, sumber mata air, dan kawasan hulu Sungai Brantas. Menurutnya, keberlanjutan lingkungan adalah kunci pembangunan jangka panjang.
“Menjaga Batu berarti menjaga kehidupan banyak orang, karena Batu adalah hulu Sungai Brantas yang memberi kehidupan bagi 17 kabupaten dan kota di Jawa Timur,” ujarnya.
Ia mengajak seluruh pihak untuk bersinergi membangun Kota Batu secara positif dan partisipatif.
“Mari kita semua menjadi bagian dari energi kebaikan. Dukung Kota Batu lewat karya, perilaku, dan tutur kata yang baik. Batu adalah rumah kita bersama,” tutupnya. (*) (ADV)





















