Kota Surabaya,tagarjatim.id – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jawa Timur resmi membuka rangkaian Bulan Literasi Keuangan (BLK) 2025 dengan menggelar pelatihan Training of Trainers (ToT) untuk mahasiswa se-Surabaya Raya. Agenda bertema “Masa Depan Sejahtera dengan Perencanaan Keuangan” ini digelar di Kantor OJK Jatim, Rabu (28/5/2025).

Dalam acara ini, OJK juga mengukuhkan 50 mahasiswa sebagai Agen Literasi Keuangan (AREK) Jatim dan bagian dari program nasional OJK PEDULI. Langkah awal ini jadi sinyal kuat OJK dalam membangun pemahaman finansial sejak dini.

“Generasi muda memiliki waktu dan peluang terbaik untuk belajar. Semakin cepat memahami keuangan, semakin siap menghadapi peluang dan risiko di masa depan. Literasi keuangan bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan,” tegas Kepala OJK Jatim Yunita Linda Sari.

Tak sekadar seremoni, OJK menggulirkan sejumlah program edukatif hingga Agustus nanti. Di antaranya financial literacy series, financial literacy campaign, dan financial literacy award. Semua bertujuan mendorong pemahaman dan kebiasaan keuangan yang sehat di kalangan milenial.

Yunita berharap para AREK Jatim bisa menjadi agen perubahan dalam menyebarkan literasi keuangan, khususnya di kalangan generasi muda.

“Kami berharap AREK Jatim dapat menjadi penggerak literasi keuangan, khususnya di kalangan masyarakat muda, sehingga pemahaman tentang keuangan semakin luas dan merata,” tambahnya.

Kegiatan ToT juga menghadirkan narasumber dari Forum Komunikasi Industri Jasa Keuangan (FKIJK) Jatim, membahas sektor perbankan, asuransi, pegadaian, hingga pasar modal. Hadir di antaranya Deputi Kepala BEI Jatim Asikin Ashar, Ketua Bidang Pendidikan AAUI Hari Pendi, serta perwakilan dari Asosiasi Asuransi Jiwa, PT Pegadaian, dan Bank Jatim.

Sebanyak 50 mahasiswa dari kampus-kampus di Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Lamongan, dan Madura tampak antusias mengikuti rangkaian pelatihan.

Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 mencatat indeks literasi keuangan Indonesia mencapai 65,43 persen. Sedangkan indeks inklusi keuangan berada di angka 75,02 persen.

Artinya, masih ada gap sebesar 14,05 persen antara tingkat inklusi dan literasi. Banyak masyarakat telah menggunakan produk keuangan, namun belum sepenuhnya memahami manfaat dan risikonya.

Cita Melisa, Kepala Departemen Literasi dan Penelitian FKIJK Jatim, menyambut positif sinergi OJK dengan pelaku industri. “Kami berharap mahasiswa yang terlibat dapat menyebarkan edukasi tentang perencanaan keuangan ke masyarakat luas,” tuturnya. (*)

iklan ucapan selamat Hari Pahlawan 10 November