Tagarjatim.id – Masyarakat Wonosari, Gunung Kawi, Kabupaten Malang menyuarakan kekecewaan mereka pada pemerintahan Desa Wonosari pada Selasa (13/5/2025). Pasalnya, tidak ada kejelasan mengenai janji penyelenggaraan event Satu Suro yang telah vakum selama lima tahun terakhir.

Kekecewaan ini disuarakan melalui spanduk yang dipasang di berbagai titik desa, mulai dari kantor desa, persimpangan, pertigaan hingga lokasi strategis lainnya.

Spanduk tersebut berisikan protesan bentuk kekecewaan warga, seperti’WONOSARI BUTUH PERUBAHAN’,’5 TAHUN TANPA EVENT TAHUNAN 1 SURO, LAPO AE?! (5 tahun tanpa event, ngapain aja, red) ‘PEMDES MODE TIDUR’, ‘KEMBALIKAN EKSISTENSI GUNUNG KAWI’, dan sebagainya.

Selain itu, warga Wonosari juga kompak membagikan kekecewaannya mereka melalui unggahan media sosial. Postingan tersebut juga menuai respons dari netizen, banyak masyarakat yang juga menyayangkan kebijakan tersebut.

“Masa kecil yang sangat indah di lereng Gunung Kawi, yang di setiap tahunnya ada sebuah tradisi yaitu gebyar ritual 1 suro Gunung Kawi yang ditunggu-tunggu banyak kalangan dan sekarang tidak tahu hilang kemana,” tulis akun instagram @dicky_rammadan dalam postingan cerita Instagram pribadinya.

Sejak tahun lalu, warga telah bertemu dengan kepala desa dan pemerintah desa berjanji akan menyelenggarakan kembali event Satu Suro dan mulai melakukan rapat musyawarah desa.

Namun, hingga saat ini masih belum ada kejelasan maupun hasil yang nampak dari rapat tersebut. Diketahui, bahkan rapat musyawarah Satu Suro belum dilaksanakan sebelumnya.

Event Satu Suro di Gunung Kawi, khususnya di Desa Wonosari, adalah kegiatan ritual dan budaya yang sangat dihormati oleh masyarakat setempat.

Sebelumnya, event Satu Suro selalu diselenggarakan untuk memperingati Tahun Baru Islam (Hijriyah). Kegiatan kirab saji (sesajen), parade budaya, beragam kegiatan kesenian, tahlil akbar, serta tabur bunga di makam Gunung Kawi yang selalu melibatkan warga Desa Wonosari dan warga desa sekitarnya.

Berbagai macam tradisi ini dilakukan bertujuan untuk menghormati leluhur dan memohon keselamatan serta kesejahteraan masyarakat setempat. Warga Wonosari merasa pemerintah Desa Wonosari sudah tidak lagi memedulikan aset budaya sekaligus tradisi penghormatan bagi leluhur mereka.

Tidak hanya itu, warga juga terus mengeluh mengenai informasi yang beredar tanpa kepastian. Mulai dari kebijakan pembatasan ziarah, perubahan tata acara, atau banyaknya berita miring yang hingga saat ini tidak ada tindakan.

Banyaknya kebijakan baru yang beredar di masyarakat Wonosari. Justru dianggap menjadi bom racun bagi para pengunjung, pedagang, hingga masyarakat lokal. Mereka merasa dirugikan hingga menilai kebijakan tersebut dibuat hanya untuk memoles citra petinggi setempat tanpa memikirkan masyarakatnya.

Masyarakat menilai, melalui event Satu Suro ini dapat menarik kembali minat pengunjung baik peziarah untuk datang ke Gunung Kawi.

Event Satu Suro juga dianggap sebagai faktor utama penggerak ekonomi masyarakat Wonosari serta salah satu bentuk kemajuan di sektor wisata Gunung Kawi.

Warga berharap agar kali ini, pemerintah desa bisa berlaku transparan dan jujur kepada warganya menindaklanjuti aspirasi pengembalian event Satu Suro demi kenyamanan dan kemajuan bersama. (*)

iklan ucapan selamat Hari Pahlawan 10 November