Sidoarjo, tagarjatim.id – Hingga saat ini, sebanyak 49 RT di tujuh desa di Kecamatan Tanggulangin masih terendam banjir dengan ketinggian air antara 5 hingga 40 sentimeter.
Enam titik pompa yang telah dioperasikan untuk menyedot genangan pun belum mampu mempercepat surutnya air di wilayah tersebut, Rabu (26/11/2024).
Pakar Perencanaan Wilayah dan Kota dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Putu Gde Ariastita, menyampaikan bahwa persoalan banjir di Sidoarjo tidak hanya dipengaruhi curah hujan tinggi. Ia menegaskan, kondisi geografis Sidoarjo sebagai kawasan delta menjadi pemicu utama genangan sulit hilang.
“Sidoarjo berada di kawasan delta yang secara alami memiliki risiko banjir lebih tinggi,” ujar Ariastita, Rabu (26/11/2025).
Menurutnya, risiko itu kian meningkat ketika area yang seharusnya menjadi kawasan konservasi beralih fungsi menjadi permukiman. Perubahan penggunaan lahan tersebut memperbesar potensi banjir di banyak titik.
“Ketika kawasan rawan berubah menjadi ruang hunian, potensi banjir otomatis ikut meningkat,” jelasnya.
Ariastita menambahkan, selain hujan deras, genangan di Sidoarjo juga dipengaruhi oleh air rob serta aliran air dari daerah hulu. Kombinasi ketiga faktor tersebut membuat air bertahan lebih lama.
SMPN 2 Tanggulangin menjadi salah satu titik terdampak. Sejak Kamis (20/11), halaman sekolah terendam air setinggi 5–10 sentimeter selama lima hari berturut-turut. Aktivitas belajar mengajar pun terpaksa dialihkan sementara ke metode daring.
“Air dari hulu datang bersamaan dengan kapasitas drainase yang tidak mencukupi, ditambah kondisi pasang. Topografi Sidoarjo yang relatif datar membuat genangan sulit hilang,” ujarnya.
Ia menilai, pemerintah daerah perlu merumuskan langkah strategis untuk menangani persoalan ini. Dalam jangka menengah dan panjang, ia mendorong Pemkab Sidoarjo agar memperketat perizinan pembangunan serta menertibkan aktivitas di kawasan konservasi sehingga daya dukung lingkungan tetap terjaga.
“Penataan dan pengendalian kawasan konservasi sangat penting agar lingkungan tetap memiliki daya tampung,” katanya.
Sementara itu, untuk penanganan jangka pendek, langkah teknis menurutnya harus segera dilakukan demi mempercepat penyusutan genangan.
“Pembangunan rumah pompa, pengerukan sungai, dan perbaikan saluran drainase merupakan upaya cepat yang bisa dilakukan,” pungkasnya.(*)



















