Jember, tagarjatim.id — Sekitar 200 kasus HIV terdeteksi di Kabupaten Jember sepanjang tahun 2025. Jumlah tersebut menempatkan Jember sebagai kabupaten dengan kasus HIV tertinggi ketiga di Jawa Timur.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, Akhmad Helmi Luqman, mengungkapkan bahwa temuan itu berasal dari hasil skrining kesehatan rutin yang dilakukan tenaga medis melalui program pemeriksaan gratis di sejumlah fasilitas kesehatan.

“Sebagian besar kasus ditemukan melalui program skrining dan pemeriksaan kesehatan gratis yang kami lakukan di lapangan,” ujar Helmi saat dikonfirmasi tagarjatim.id pada Jumat (31/10/2025).

Helmi menjelaskan, mayoritas penyintas HIV di Jember berada pada usia produktif antara 25 hingga 35 tahun, dengan persebaran tertinggi di Kecamatan Puger.

“Usia produktif menjadi kelompok yang paling rentan, karena mobilitas dan aktivitas sosialnya tinggi,” jelasnya.

Tidak diketahui mengapa persebaran tertinggi berada di Kecamatan Puger, daerah yang beberapa tahun silam terdapat pusat lokalisasi namun kini sudah ditutup.

Menurut Helmi, penularan HIV di Jember paling banyak terjadi melalui hubungan seks bebas dan perilaku seks menyimpang, serta sebagian kecil melalui kontak dengan orang terdekat yang sudah terinfeksi.

“Faktor utamanya masih didominasi hubungan seks bebas dan perilaku menyimpang. Ada juga yang tertular dari pasangan atau keluarga dekat,” tambahnya.

Meski angka kasus tergolong tinggi, Pemerintah Kabupaten Jember memastikan tidak tinggal diam. Melalui Dinas Kesehatan, pemerintah terus melakukan pemantauan, pendampingan medis, dan edukasi kepada para penyintas HIV agar tetap menjalani pengobatan secara rutin.

“Kami terus melakukan edukasi dan pemantauan supaya penyintas tidak menghentikan pengobatan, sekaligus mencegah penularan kepada pihak lain,” kata Helmi.

Selain penanganan medis, Pemkab Jember juga menggandeng Kementerian Sosial (Kemensos) untuk memberikan program pemberdayaan ekonomi bagi penyintas HIV. Salah satunya melalui pembentukan kelompok usaha laundry yang dijalankan oleh sepuluh orang penyintas.

“Kami bantu mereka agar bisa mandiri secara ekonomi. Usaha laundry ini diharapkan bisa menjadi sumber penghasilan tanpa harus keluar rumah,” terang Helmi.

Helmi berharap, dukungan ekonomi dan sosial tersebut dapat meningkatkan kepercayaan diri penyintas HIV, sekaligus mengurangi stigma negatif di masyarakat.

“Dengan bekerja dan berdaya, mereka bisa hidup normal seperti warga lainnya,” pungkasnya. (*)

iklan ucapan HUT kota batu ke 24 dari Jatim Park Grup