Kabupaten Malang, tagarjatim.id – Wisata religi Pesarehan Gunung Kawi selalu menyuguhkan tradisi yang unik, salah satunya ialah tradisi kuno dari Tiongkok yakni Ciam Si.

Berada tepat di depan Pesarehan Gunung Kawi, Ciam Si sudah didirikan sejak tahun 1946 dan hingga kini tetap eksis menjadi tempat yang tidak bisa terlewat ketika berkunjung ke Pesarehan Gunung Kawi.

Penjaga Ciam Si, Hari Suherman, menjelaskan bahwa nama Ciam Si berasal dari China, Tiongkok. Sedangkan, untuk orang Jawa menyebutnya dengan istilah ‘ugeman’ yang artinya sebuah pegangan, petuah, atau petunjuk untuk masa yang telah dilalui, sekarang, dan akan datang.

“Orang Cina mengatakan Ciamsi, kalau orang jawa mengatakan ugeman atau pegangan. Artinya petuah petunjuk bukan ramalan. Ini ya untuk yang sudah berlalu, sekarang dan masa depan,” tutur Hari Suherman saat ditemui tagarjatim.id.

Selain berziarah ke makam Mbah Djoego dan Raden Mas Imam Soedjono, pengunjung Pesarehan Gunung Kawi selalu menyempatkan waktu untuk mampir ke Ciam Si guna melihat petuah tentang pekerjaan, nasib, jodoh, dan berbagai pertanyaan hidup lainnya.

Saat hari libur pengunjung yang datang juga bervariasi mulai dari orang Indonesia hingga turis asing. Selain itu, tak jarang tempat ini juga dipenuhi oleh orang-orang lokal yang tinggal di kawasan Lereng Gunung Kawi, terlebih lagi saat malam Senin Pahing dan Jumat Legi.

“Kalau hari libur, malam Senin Pahing, Jumat Legi, itu rame sehabis Dhuhur. Turis, orang jauh, orang lokal tambah banyak yang datang ke sini,” bebernya pada Hari Minggu (1/6/2025).

Pengunjung saat mencoba tradisi Ciam Si (Anya Yolanda/tagarjatim.id)
Pengunjung saat mencoba tradisi Ciam Si (Anya Yolanda/tagarjatim.id)

Cara melaksanakan tradisi Ciam Si juga cukup menarik, Anda hanya perlu menggoyangkan sebuah tabung bambu berisi stik bambu. Hingga akhirnya jatuh salah satu stik dan menukarkannya kepada penjaga, guna mendapat kartu Ciam Si.

Tabung bambu tersebut berisi 61 stik bambu, yakni stik berisi nomor 1 hingga 60 dan satu stik berisi tulisan ‘tambah minyak’. Jika mendapatkan stik bertuliskan ‘tambah minyak’ Anda bisa menuangkan minyak ke tempat yang telah disediakan atau menggoyangkan kembali tabung bambu hingga muncul salah satu nomor.

“Kalau bambu ini merupakan sarana utama, jadi habis dikocok sampai keluar satu nomor, lalu ditukar buat dapat kartu Ciam Si. Andai dapat ‘tambah minyak’ atau keluar lebih dari satu bisa diulang,” jelasnya saat di temui di Ciam Si, Gunung Kawi.

Sebelum menggoyangkan tabung bambu, Anda harus berdoa sesuai kepercayaan, menyebutkan nama, dan pertanyaan yang ingin Anda ketahui. Selain itu, jika Anda ingin mengetahui peruntungan orang lain maupun keluarga yang tidak datang, Anda cukup menyebutkan nama mereka dan pertanyaan yang ingin diketahui.

“Berdoa dulu menurut keyakinannya, sebisanya, tidak ada aturan yang pasti. Kalau orang islam bisanya Al-fatihah, ya gapapa. Terus sebut nama sendiri atau orang lain sama mau tanya apa,” ungkap pria yang telah menjadi penjaga Ciam Si selama 59 tahun tersebut.

Selain itu, Ciam Si juga menyediakan berbagai perlengkapan sembayang lengkap seperti dupa, minyak, pua pwee, hio, lilin, dan pelita. Disini, semua orang dengan keyakinan apapun boleh turut mencoba. Namun, diluar agama penganut Tri Dharma cukup menggunakan tabung bambu saja.

“Minyak, dupa, pua pwee, hio, lilin, pelita ini disediakan kalau orang dari agama tri dharma mau sembayang. Jadi menyediakan sesuai kebutuhan dan kepercayaannya,” tegasnya.

Kartu berisikan 4 bait syair di Ciam Si biasanya menggunakan bahasa kiasan yang kurang dipahami oleh orang awam, untuk itu Anda bisa melihat penjelasan di buku petunjuk atau langsung bertanya kepada penjaga.

“Disini disediakan buku. Kalau memang belum paham, tanya ke penjaga nanti dijelaskan,” pungkasnya.

Jika Anda mendapatkan petuah atau petunjuk yang kurang baik, penjaga akan langsung memberi tahu dan menyarankan agar langsung dibakar tanpa dibaca terlebih dahulu. Cara ini sebagai bentuk usaha menolak balak agar hal buruk tersebut diharapkan tidak akan terjadi.

“Kalau dapat petuah atau petunjuk yang kurang baik langsung dibakar saja, jangan dibaca. Supaya tidak terjadi,” ujar Hari Suherman, pria asli kelahiran Gunung Kawi tersebut.

Untuk berkunjung ke Ciam Si tidak mematok tarif yang pasti atau seikhlasnya. Namun, jika Anda ingin membeli minyak Anda hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp25.000.

“Tarifnya disini seikhlasnya, berapapun asal ikhlas. Tapi, kalau beli sebotol minyak ada tarifnya yaitu Rp25.000,” tandas Hari Suherman. (*)

iklan ucapan HUT kota batu ke 24 dari Jatim Park Grup