Kabupaten Blitar, tagarjatim.id -Pengerukan sedimen di dasar waduk atau bendungan Wlingi dan Lodoyo, Kabupaten Blitar, alias flushing, dilakukan Perum Jasa Tirta l, dilakukan Minggu (27/4/2025). Proses ini dibarengi dengan membuka pintu air bendungan, untuk menggelontorkan material kerukan, ke aliran sungai brantas dari dua waduk tersebut. Penggelontoran dilakukan bertahap, agar tidak terjadi debit air berlebih, dan membahayakan wilayah aliran sungai di bawahnya.
Vice President Regional l, Perum Jasa Tirta l, Danindra Adi Cahyono kepada wartawan mengatakan, proses ini merupakan kegiatan rutin tahunan untuk pemeliharaan waduk. Sekitar 500 ribu meter kubik sedimen akan digelontorkan dari dua waduk, yang ada di Kabupaten Blitar ini.
“Kalau di waduk wlingi sekitar 300 ribu meter kubik sedimen sesuai rencana pengukuran awal, kemudian 200 ribu meter kubik sedimen di waduk lodoyo. Jadi jumlah total 500 ribu meter kubik,” terang Danindra Adi Cahyono, kepada wartawan disela kegiatan Flushing di Waduk Wlingi.
Danindra menambahkan, flushing yang rutin dilakukan ini, menjadi kegiatan yang ditunggu oleh masyarakat bukan hanya di sepanjang aliran Brantas, namun juga dari berbagai daerah. Masyarakat menyebutnya pladu, yang dimanfaatkan untuk mencari ikan air tawar yang mudah ditangkap karena mabuk akibat keruhnya air brantas.
Masyarakat biasanya mencari ikan untuk dikonsumsi sendiri maupun dijual karena nilai jualnya lumayan. Namun, pihak jasa tirta menghimbau masyarakat pencari ikan untuk berhati hati karena aliran sungai saat flushing sangat deras dan membahayakan nyawa. Danindra juga mengatakan, jika proses ini tidak berlangsung sehari namun sekitar sepekan dengan melibatkan sejumlah alat berat.
” Pelaksanaan pengerukan sedimen tidak bisa satu hari, karena sedimen sudah terendapkan setahun, jadi perlu alat berat,” imbuhnya.
Sementara pencari ikan asal Panggungrejo, Susanto, mengaku rutin mengajak keluarga dan tetangga berburu ikan mabuk. Pria 37 tahun ini memilih lokasi disekitar jembatan Glondong, untuk mencari ikan menggunakan ayap atau jaring ikan buatan.
Dalam perburuannya ini, Susanto dan Bapaknya Margono, mendapatkan sekitar 30 kg ikan tawar berbagai jenis. Ikan aliran brantas dikenal memiliki rasa gurih karena mendapat pakan alami sungai, jenisnya pun beragam mulai Nila, Gurami, Bekel atau Jendil, Tawes, dan lainya. Harganya pun cukup lumayan tinggi, untuk jenis bekel menjadi favorit karena per kilonya mencapai diatas 50 ribu rupiah.
“Ya setiap tahun mencari ikan saat pladu, banyak macam jenis ikannya. Sekitar 15 kg saya dapat sendiri, itu bapak saya 15 kg juga,” terang Susanto kepada wartawan.
Ikan hasil buruan menggunakan alat manual jaring ayap ini, juga dijual ke tetangga atau kepada warga yang menginginkan. Biasanya pencari ikan membersihkan ikan di rumah, kemudian ditawarkan kepada tetangganya yang mau beli.
“Ya kita biasa konsumsi sendiri, tapi jika ada tetangga membutuhkan ya kita jual. Lumayan untuk nambah penghasilan,” pungkasnya. (*)
























