Kota Batu, tagarjatim.id – Di tengah derasnya arus pariwisata Kota Batu yang kerap identik dengan wahana hiburan, Durian Fantasi (Dufan) memilih jalur berbeda. Destinasi ini tidak hanya menjual sensasi mencicipi durian premium, tetapi menghadirkan konsep agrowisata edukasi yang secara tegas mempraktikkan prinsip zero waste dan ekonomi sirkular.
Dufan memosisikan diri sebagai laboratorium hidup, tempat wisata dan pembelajaran lingkungan berjalan beriringan. Pengunjung diajak memahami perjalanan durian secara utuh, mulai dari pembibitan, perawatan pohon, panen, hingga pengolahan pascapanen menjadi produk bernilai tambah.
“Bagaimana pohon durian itu ditanam, sampai berbuah hingga pengolahannya, kami kemas dalam pengalaman yang unik,” ujar Konseptor Dufan, Sujono Djonet.
Beragam varietas durian premium seperti Musang King, Bawor, Montong, hingga Black Thorn dikenalkan langsung di zona kebun dan pembibitan. Namun, pengalaman di Dufan tidak berhenti di meja makan. Justru setelah durian dikonsumsi, pembelajaran utama dimulai.
Dufan menempatkan limbah organik, yakni kulit dan biji durian sebagai bahan baku penting dalam siklus baru. Kulit durian direncanakan diolah menjadi pupuk kompos untuk kembali menyuburkan kebun, sementara bijinya akan diproses menjadi tepung yang berpotensi menjadi bahan pangan.
“Konsepnya adalah menumbuhkan zero waste guna menjalankan prinsip ekonomi sirkular. Limbah-limbah tersebut tidak dibuang begitu saja,” tegas Djonet.
Langkah ini sekaligus menjadi kritik diam terhadap persoalan sampah Kota Batu. Data menunjukkan sekitar 60 persen sampah di TPA Tlekung merupakan sampah organik. Dengan pengelolaan mandiri, Dufan berupaya mengurangi tekanan terhadap TPS3R maupun TPA.
“Kalau dikelola mandiri, itu jelas mengurangi beban kerja dan daya tampung di tempat pemrosesan akhir,” imbuhnya.
Komitmen edukasi Dufan akan diperkuat lewat pembangunan Dream Kastil, wahana berbasis permainan edukatif yang dijadwalkan beroperasi awal 2026.
Wahana ini dirancang agar anak-anak belajar tentang pertanian, lingkungan, dan keberlanjutan melalui pengalaman interaktif, sekaligus menikmati panorama alam dari ketinggian.
“Permainan tidak hanya menarik, tapi juga menciptakan nilai edukasi,” kata Djonet.
Dufan hadir bukan sekadar destinasi baru, melainkan penanda arah baru pariwisata Kota Batu. Wisata yang tidak hanya menggerakkan ekonomi, tetapi juga bertanggung jawab terhadap alam dan masa depan.(*)





















