Kota Malang, tagarjatim.id – Pemerintah Kota Malang membuka peluang menghadirkan museum di kawasan Stadion Gajayana setelah terbitnya buku Satu Abad Stadion Gajayana. Buku tersebut menjadi literasi sejarah perjalanan stadion tertua di Indonesia yang hingga kini masih berdiri dan berfungsi aktif di jantung Kota Malang.
Wakil Wali Kota Malang, Ali Muthohirin, mengatakan buku Satu Abad Stadion Gajayana merupakan hasil kolaborasi 40 penulis dari berbagai latar belakang, mulai dari sejarawan, budayawan, akademisi, arsitek, hingga praktisi olahraga. Menurutnya, buku setebal 550 halaman itu tidak hanya memiliki nilai intelektual, tetapi juga menjadi warisan literasi sejarah bagi generasi mendatang.
“Sejarah stadion ini penting untuk dijaga, dipertahankan, dan tidak dialihfungsikan sebagai pusat bisnis,” ujar Ali, Rabu (24/12/2025).
Ali menegaskan, Stadion Gajayana harus tetap menjadi ruang publik yang benar-benar diperuntukkan bagi masyarakat Kota Malang. Pemerintah daerah, kata dia, berkomitmen untuk terus merawat sarana dan prasarana stadion agar tetap berfungsi sebagai fasilitas olahraga sekaligus ruang sosial warga.
Seiring terbitnya buku sejarah tersebut, Ali juga membuka peluang pengembangan museum Stadion Gajayana. Gagasan museum ini muncul sebagai salah satu masukan dari berbagai pihak yang terlibat dalam penulisan buku Satu Abad Stadion Gajayana. Museum tersebut diharapkan dapat menjadi pusat literasi sejarah dan memperkuat identitas Stadion Gajayana sebagai stadion tertua di Indonesia.
“Kami mengakui kondisi keuangan saat ini belum memungkinkan. Tetapi ke depan, museum itu bisa menjadikan Stadion Gajayana sebagai pusat literasi dan sejarah, sekaligus menegaskan keberadaan stadion tertua dan pertama di Indonesia ini,” ujarnya.
Stadion Gajayana bukan sekadar bangunan olahraga. Stadion ini merupakan saksi bisu perjalanan sejarah panjang bangsa Indonesia, mulai dari era kolonial Belanda, pendudukan Jepang, masa perjuangan kemerdekaan, hingga perkembangan sepak bola di Kota Malang.
Dibangun pada rentang tahun 1924 hingga 1926, Stadion Gajayana tercatat sebagai stadion tertua yang masih berdiri kokoh dan berfungsi aktif hingga saat ini. Stadion ini pernah menjadi lokasi penyerahan kekuasaan Belanda kepada Jepang pada 1942, markas militer rakyat Malang saat Agresi Militer Belanda I, serta arena pidato Bung Tomo yang membakar semangat perjuangan rakyat.
Melalui terbitnya buku Satu Abad Stadion Gajayana dan wacana pembangunan museum, Pemerintah Kota Malang berharap nilai sejarah stadion dapat terus dikenang, dilestarikan, dan dimanfaatkan sebagai sumber edukasi bagi masyarakat luas, khususnya generasi muda.(*)



















