Tagarjatim.id – Kota Malang tidak hanya dikenal dengan kesejukannya, tetapi juga dengan kisah para pahlawan yang lahir dan berjuang dari tanahnya. Salah satu nama yang abadi dalam sejarah perjuangan bangsa adalah Mayor Hamid Rusdi. Sosok pejuang tangguh yang dikenal sebagai pahlawan tiga masa, karena perannya melintasi era penjajahan Belanda, Jepang, hingga masa awal kemerdekaan Indonesia.

Mayor Hamid Rusdi lahir pada tahun 1911 di Desa Sumbermanjing Kulon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Ia berasal dari keluarga berada, namun semangat nasionalisme yang tumbuh dalam dirinya membuatnya meninggalkan kenyamanan hidup demi perjuangan kemerdekaan. Sejak muda, Hamid aktif di organisasi pemuda seperti Pandu Ansor, yang kelak berkembang menjadi GP Ansor.

Sebelum terjun ke dunia militer, Mayor Hamid Rusdi sempat bekerja sebagai sopir dan sipir di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru, Malang. Pengalaman ini menempa kedisiplinan serta ketegasannya dalam memimpin. Ketika Jepang datang ke Indonesia, Hamid Rusdi menerima pelatihan militer yang kemudian menjadi bekal penting dalam perjuangan bersenjata melawan penjajahan.

Usai proklamasi kemerdekaan, ia memimpin berbagai pertempuran di wilayah Malang dan sekitarnya. Strategi perang gerilya yang ia terapkan membuat pasukannya mampu menghadapi serangan-serangan Belanda dengan cerdik. Keberaniannya membuat namanya disegani, bukan hanya di kalangan rakyat Malang, tetapi juga di antara para pejuang di Jawa Timur.

Selain dikenal karena keberanian di medan perang, Hamid Rusdi juga disebut sebagai salah satu tokoh yang memperkenalkan bahasa walikan Malang, sebuah bentuk komunikasi rahasia yang digunakan para pejuang untuk mengelabui musuh. Kini, bahasa walikan menjadi ciri khas budaya Malang yang tetap hidup hingga generasi muda.

Sebagai bentuk penghormatan, nama Mayor Hamid Rusdi diabadikan menjadi nama jalan utama di Kota Malang dan sebuah monumen peringatan berdiri megah di kawasan Simpang Balapan. Ia bukan hanya simbol keberanian, tetapi juga representasi dari semangat juang arek-arek Malang yang pantang menyerah.

Melalui kisah hidupnya, kita belajar bahwa perjuangan bukan hanya tentang senjata, tetapi juga tentang keteguhan hati, pengorbanan, dan cinta tanah air yang tak lekang oleh waktu.(*)

iklan ucapan HUT kota batu ke 24 dari Jatim Park Grup