Sidoarjo, tagarjatim.id – Pasrah dan merasa ajalnya akan tiba, Syaiful Rosi Abdillah (15), seorang santri yang pada Senin (29/09/2025) tertimpa reruntuhan beton bangunan 4 lantai Pondok Pesantren Al-Khoziny hanya bisa membaca istigfar dan selawat. Hingga hari ketiga, akhirnya pertolongan itu datang.

Remaja 15 tahun asal Kabupaten Sampang, Madura ini menceritakan detik-detik ambruknya musala saat dirinya dan ratusan temannya sedang salat asar.

“Kalau rakaat pertama itu jatuh cor-coran sedikit-sedikit sama kayu kayak gak ada apa-apa. Rakaat kedua itu jatuh semua, santri lari semua, saya sempat ditarik saudara saya, jatuh ketiban cor-coran kaki,” kata Rosi, Senin (5/10/2025).

Rossy pun bercerita saat tertimpa material bangunan musala, dia berteriak minta tolong. Dia bersama dua temannya turut tertimpa reruntuhan beton.

“Pertama pasrah, lalu teriak minta tolong tapi disuruh anak-anak diam saja tunggu bantuan,” jelas Rosi.

Menurutnya, ketika tertimbun material ambruknya musala Rosi membaca istigfar, salawat dan pasrah akan meninggal dunia dalam tragedi tersebut.

“Baca istigfar, selawatan, pasrah dan ada pikiran mati, mati, mati. Ketika tiga hari, ada yang teriak apakah ada orang lalu saya jawab ada pak, terus disuruh ketok-ketok,” ujarnya.

Tim Basarnas itu menanyakan satu persatu nama para korban yang masih tertimpa. Kemudian diselamatkan satu persatu.

“Saya kedua, tapi waktu ditarik oleh tim penyelamat, tapi tangan saya masih nyangkut cor-coran, sehingga saat ditarik sakit,” terangnya.

Rosi mengaku, ia meminta kepada tim penyelamat agar mendahulukan temannya untuk dikeluarkan dari reruntuhan musala yang ambruk.

Setelah temannya berhasil diselamatkan, kemudian ada dua orang penyelamat masuk dan mengebor cor-coran yang ada di kaki Rosi agar bisa diangkat dan kemudian dibawa keluar dari reruntuhan dengan selamat.

Hingga kini, Rosi masih tergolek lemas di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo, lantaran sebelumnya tim dokter memutuskan untuk mengamputasi bagian pergelangan kaki bagian kanan, karena syaraf dan otot rusak.

“Kemarin diamputasi pergelangan kaki sebelah kanan sama dokter RSUD. Alasannya karena syaraf sama otot kakinya dinilai sudah rusak, kata dokter seperti itu,” ujar Idrus ayah korban.

Meski anaknya menjadi korban ambruknya musala Ponpes, namun Idrus memastikan tidak akan melayangkan gugatan ke aparat penegak hukum, dan ikhlas dengan insiden yang hampir merenggut nyawa anaknya tersebut.

“Saya ihklas mas. Yang penting sekarang saya minta ada bantuan kaki palsu, karena nanti kalau kembali mondok di Al Khoziny dia tidak minder sama teman-temannya,” tutup Idrus. (*)