Kabupaten Malang, tagarjatim.id – Mengenalkan seni budaya sebagai kekayaan bangsa ini perlu ditanamkan sejak dini terhadap anak-anak, seperti halnya yang dilakukan oleh para guru SD Negeri Tasikmadu 1 Kota Malang.
Mereka mengajak 86 Siswa-siswinya mendatangi Sanggar Seni Ngesti Pandawa yang dikelola oleh warga Dusun Lowok, Desa Permanu, Kecamatan Pakisaji, pada Kamis (2/10/2025) siang.
Kunjungan tersebut, bukan sekedar kunjungan biasa. Melainkan untuk belajar tentang Topeng Malangan di Sanggar yang memiliki tagline ‘Wisata Edukasi dan Literasi Topeng Malangan’.
Siswa-siswi yang didampingi guru dan wali murid, disambut meriah dengan tampilan tari topeng malangan.
“Dengan penyambutan semacam ini, anak-anak mulai dikenalkan topeng malangan melalui tarian. Tentunya, tarian tersebut diiringi dengan alur musik gamelan yang ditabuh oleh para pengrawit,” ungkap Sudarmaji, Kepala Dusun Lowok, saat dikonfirmasi pada Jumat (3/10/2025).
“Jadi, disini, para pengunjung yang ingin belajar tentang topeng malangan, akan kami edukasi, disesuaikan dengan kebutuhannya. Kalau seperti anak seusia sekolah dasar, akan kami edukasi mereka mewarnai topeng beserta jenis-jenisnya juga akan kami kenalkan. Dan anak-anak itu akan didampingi bagaimana cara menabuh gamelan. Inilah bentuk edukasi dan literasi yang dapat kami berikan melalui sanggar seni ini,” tambah Sudarmaji.
Usai mewarnai topeng yang berbahan Styrofoam, siswa-siswi secara bergantian mengambil posisi untuk menabuh gamelan yang didampingi oleh para pemuda Dusun Lowok.
Dipandu oleh Imam Syafii, yang merupakan salah satu tokoh penting dalam pengelolaan sanggar, tabuhan gamelan mulai dimainkan. Gamelan, seperti kendhang, gong, saron, demung, bonang, kenong, slenthem, gambang, dan gender, mulai menghasilkan irama yang cukup menarik perhatian.
“Ayo, ikuti notasi yang dipandu oleh masing-masing pemandu,” ungkap Cak Imam Syafii yang menyemangati siswa-siswi agar dapat menghasilan irama dasar dalam menabuh gamelan.
Pria yang akrab disapa Cak Imam mengungkapkan, bahwa yang mereka pelajari itu merupakan irama dasar dalam tiap kali penampilan tari topeng dan juga saat ada pertunjukan wayang topeng.
Edukasi gamelan pun berlalu. Berlanjut pada sesi pengambilan foto satu persatu dari siswa-siswi. Tidak hanya foto biasa. Mereka secara bergantian mengambil foto dengan mengenakan kostum lengkap bak akan tampil manggung untuk menari atau akan melakonkan wayang topeng pada sebuah pertunjukan.
Tentu saja, dengan fasilitas edukasi dan literasi yang dikonsep sedemikian itu, siswa-siswa SD Negeri Tasikmadu 1, merasa gembira dan senang bisa belajar tentang topeng malangan.
Seperti yang ungkapkan oleh siswa kelas 4 SD Adriel Kenziro Ferdinan, mengatakan kegembiraannya bisa mengikuti kegiatan di sanggar seni mulai awal hingga akhir.
“Seru dan senang bisa mengenal topeng malangan disini. Saya tadi ikut mewarnai topeng, menabuh gamelan, dan juga berfoto mengenakan kostum salah satu lakon topeng,” ungkap Adriel
Hal senada juga disampaikan oleh Anindita Syakila Azkiya yang juga siswi kelas 4 B SD Negeri Tasikmadu 1 itu. Ia sendiri mengakui bahwa dirinya baru pertama kali ke sanggar semacam ini, dan baru mengenal tentang tokoh-tokoh topeng malangan itu.
Sementara itu Eni, salah satu wali murid SD Negeri Tasikmadu 1, memberikan apresiasinya kepada pengelola sanggar seni yang telah berhasil memberikan edukasi dan literasi tentang topeng malangan bagi anaknya. Diakuinya, ia baru pertama kali mengikuti kegiatan edukasi dan literasi topeng malangan semacam ini. Ia pun berharap agar sanggar seperti ini bisa terus maju dan dikenal banyak sekolahan lainnya.
“Saya amat terkesan dengan model belajar seperti ini. Saya berharap sanggar ini bisa lebih dikenal banyak kalangan, agar bisa memberikan pengetahuan tentang seni dengan topeng malangan ini,” harapnya.
Reni Sri Setiyawati, Guru Kelas 3 SD Negeri Tasikmadu 1, mengungkapkan terima kasihnya kepada pengelola sanggar yang telah memberikan edukasi dan literasi kepada anak didiknya.
“Pembelajaran semacam ini, merupakan bagian dari mata pelajaran di sekolah. Yaitu, pelajaran keberagaman yang menghendaki murid-murid bisa mengenal musik, seni, tari, dan hal lain sebagainya. Di sanggar ini saya merasakan pembelajaran itu. Dan, anak-anakpun merasa senang,” ungkapnya.
Tak luput untuk memberikan respon, Khoirul Anwar, Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Kecamatan Pakisaji, bahwa apa yang telah dilakukan oleh pengelolan sanggar ini, adalah bagian yang baik dalam memberikan edukasi dan literasi bagi anak-anak.
“Hal ini merupakan bagian dari upaya menjaga atau merawat nilai-nilai luhur kebudayaan yang dimiliki di Dusun Lowok ini. Siapa tahu mereka, diantara anak-anak yang datang kemari, dan mengenal, serta belajar tentang topeng malangan, adalah penerus estafet keberlangsungan topeng malangan ini,” pungkasnya.
Sebagai informasi, di Sanggar Ngesti Pandawa ini, menyimpan mahakarya puluhan topeng yang diukir tahun 1960-an oleh salah satu Maestro Topeng Malangan. Beberapa akademisi dari beberapa kampus di Malang telah menyambung dan menyumbang dukungan, agar sanggar ini bisa terus eksis dan menebar manfaat dalam bidang kesenian dan kebudayaan.(*)