Kabupaten Blitar, tagarjatim.id – Kabupaten Blitar, sebagai sentra unggas terbesar di Jawa Timur, tidak hanya dikenal dengan volume produksinya, tetapi juga memiliki potensi besar dalam pengembangan kuliner berbasis unggas. Namun, besarnya potensi ini belum sebanding dengan kapasitas SDM dan standar kualitas produk olahan unggas yang tersedia saat ini.
Melihat potensi ini, Disnaker Kabupaten Blitar menggelar Pelatihan dan Uji Kompetensi bagi puluhan peserta juru masak. Sekitar 20 orang menjadi peserta dari kabupaten Blitar, dan lima diantaranya dari unsur keluarga petani tembakau, karena dana pelatihan berasal.dari bagi hasil cukai tembakau 2025.
“Pelatihan dan uji kompetensi menjadi elemen kunci dalam mendorong peningkatan kualitas, nilai tambah, dan daya saing produk kuliner unggas Blitar,” ungkap Plt Kadisnaker Kabupaten Blitar, Nanang Adi di sela acara pembukaan Pelatihan Juru Masak, di Kanigoro, Kamis (7/8/2025).

Nanang menambahkan Blitar menjadi salah satu sentra utama produksi unggas di Jawa Timur, terutama untuk produksi ayam petelur, ayam broiler, ayam kampung, bebek, dan puyuh. Daging ayam petelur dan daging unggas lain menyumbang produksi tinggi, bahkan untuk mendistribusikan ke luar pulau.
Berdasarkan publikasi Jawa Timur Dalam Angka 2025, total produksi daging unggas di provinsi ini menyentuh lebih dari 580 ribu ton pada tahun 2024.
“Kabupaten Blitar menjadi produsen tertinggi daging ayam petelur, yakni 8,176 ton (8.176.000 kg) pada 2024 (naik dari 8,090 ton dari tahun 2023). Sementara produksi daging ayam buras juga tumbuh dari 1.558 ton menjadi 1.643 ton,” imbuh Nanang.
Sementara populasi bebek mencapai lebih dari 1,3 juta ekor dan puyuh lebih dari 4,2 juta ekor, menjadikan kabupaten Blitar sebagai pemasok utama komoditas tersebut di Jatim dan lintas pulau.
Berdasarkan data tersebut, Disnaker menangkap peluang untuk mengadakan pelatihan juru masak ini. Tujuanya antara lain, mengembangkan nilai tambah dari daging unggas Blitar melalui produk olahan siap saji berstandar mutu ekspor.
Kedua adalah meningkatkan kompetensi SDM kuliner unggas (Wirausaha, chef lokal, tata boga): teknik pengolahan modern maupun tradisional, sanitasi, keamanan pangan, pengemasan dan sertifikasi.
Terakhir mendukung potensi ekspor formal dengan mendirikan kapasitas produksi olahan unggas bersertifikat.
Menurut Nanang, pelatihan teknis pengolahan daging unggas seperti ayam, itik, dan puyuh dibutuhkan untuk mengubah bahan baku melimpah menjadi produk siap saji yang higienis, berkualitas, dan sesuai standar keamanan pangan nasional maupun internasional.
Uji kompetensi resmi memberikan sertifikasi keahlian yang menjamin pelaku usaha atau tenaga kerja kuliner telah menguasai teknik pengolahan, penyimpanan, dan penyajian olahan unggas sesuai standar industri.
“Ini penting agar produk Blitar dapat bersaing di pasar modern dan ekspor,” imbuhnya.
Dengan pelatihan dan sertifikasi, akan tumbuh usaha kuliner berbasis unggas yang mampu memproduksi menu khas seperti ayam ungkep, sup bebek, sate puyuh, bebek bumbu pedas, dan olahan beku berbasis ayam atau Bebek. Ini memperkuat ekonomi kreatif dan membuka lapangan kerja baru di desa maupun kota.
Lebih jauh, Nanang mengatakan skema Sertifikasi BNSP Juru Masak sangat relevan dan diperlukan untuk masyarakat yang ingin mengkhususkan diri dalam pengolahan masakan unggas. Skema ini mencakup teknik memasak, keamanan pangan, dan penyajian yang selaras dengan kebutuhan industri kuliner dan UMKM di Blitar Raya, sebagai sentra peternakan unggas.
“Sertifikasi ini meningkatkan kredibilitas, peluang kerja, dan kemampuan wirausaha, terutama untuk menghasilkan masakan unggas yang higienis, inovatif, dan sesuai standar pasar,” pungkasnya. (*) ADV



















